Tugas Kelompok Bahasa Indonesia
K.D 8.1 Menulis Resensi Buku Fiksi
RESENSI
XII IPA 1
Kelompok 1 :
1. A. Fifi Nurindah Ragani
2. Andi Peppy Yusma R
3. Fatmalasari Yahyadin
4. Febila Ramadhantia
5. Nurul Muchlisa
SMA Negeri 3 Makassar
Tahun Ajaran 2011/2012
Judul Resensi : Pengalaman Rantau dari Minangkabau
Penulis : Kelompok 1 (XII IPA 1)
Identitas Buku
a. Judul Buku : Hadiah Dari Rantau
b. Nama Pengarang : Ismet Fanany
c. Nama Penerbit : Angkasa Bandung
d. Tempat Penerbitan : Bandung
e. Tahun Penerbitan : Tahun 2000
f. Tebal/Jumlah halaman : VIII + 176
g. Sampul Buku : Ada
Kepengarangan
Ismet Fanany menggambarkan keragaman kisah kehidupan masyarakat asli Sumatera Barat khususnya suku Minangkabau dalam dimensi waktu yang bervariasi mulai sejak zaman penjajahan hingga modern dalam kumpulan cerpennya Hadiah Dari Rantau. Ismet Fnany adalah seorang cerpenis dan kolumnis yang karyanya banyak dipublikasikan di Harian KOMPAS. Hadiah Dari Rantau merupakan salah satu diantara 17 cerpen dalam buku yang diterbitkan Juni tahun 2000 tersebut.
Ringkasan Isi
Secara keseluruhan tema yang diangkat dalam buku ini adalah kebiasaan suku Minangkabau yaitu merantau. Kenyataaan sosial itu menjadi pondasi kumpukan cerpen ini.
Separoh Jalan adalah judul cerpen pertama dalam buku ini. Cerpen ini menceritakan tentang kehidupan pria bernama Rusli yang menjadi dosen tamu di Australia. Dimana salah satu universitas di negara itu, menawarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa keduanya setelah bahasa Inggris. Seiring berjalannya waktu, nilai-nilai masyarakat Minangkabau yang selama ini menjadi kontrol tingkah lakunya memudar, seperti shalat dan mengaji. Hingga akhirnya Rusli pun tergoda dengan wanita kenalannya di Australia yang bernama Diana.
Judul cerpen kedua yaitu Hadiah Dari Rantau adalah yang diambil sebagai judul kumpulan cerpen ini. Cerpen ini bercerita mengenai kebiasaan merantau orang asli suku Minangkabau, yang disini adalah pria bernama Samsir yang telah pulang merantau dari Amerika Serikat menempuh pendidikan Doktor. Ketika diketahui masyarakat kampung, akhirnya banyak keluarga yang memiliki anak gadis, menyodorkan anak gadisnya itu untuk dijadikan istri. Dalam adat Minang, keluarga perempuanlah yang melamar, tetap Samsir tidak berpikir sejalan sehingga sebelum ia dilamar maka dia akan lebih dulu melamar secara pribadi gadis yang ia nikahi.
Tidak sama dengan kedua cerpen sebelumnya, dalam cerpen ketiganya ini yang berjudul “Hai, namaku Bob!” , Ismet Fanany menggambarkan kehidupan sorang pria Padang yang belajar di Amerika, yang menikah dengan wanita pribumi di negara tersebut. Ia kuliah di salah satu universitas di sana untuk memperoleh gelar doktornya tanpa beasiswa, sehingga ia harus bekerja full sambil kuliah. Suatu hari ia mendapat pekerjaan di perusahaan penjualan produk melalui TV bernama HSN sebagai operator telepon. Dalam bekerja, ia seringkali mendapat hambatan berupa pelanggan telepon yang mempermasalahkan namanya. Iskandar. Akhirnya namanya pun diubah menjadi “Bob” agar terdengar biasa, namun tetap saja pelanggan yang menelpon cenderung menanyakan asal-usulnya daripada membeli produk.
Cerpen keempat berjudul Wattle-ku Sayang bercerita tentang seorang pria bernama Bahar yang menuntut ilmu di negeri Kangguru. Ia jatuh hati kepada seorang wanita cantik di sana namun tidak tau cara berkomunikasi dengannya. Hingga suatu hari ia menyapa gadis bernama Marylin itu dengan sebutan Wattle-ku sayang. Wattle adalah salah satu jenis pohon yang penuh dengan filosofi. Sapaan itu membuat Marylin memerah mukanya dan langsung pergi. Suatu ketika Marylin meminta bantuan Bahar untuk merekamkan penjelasan dosen pada mata kuliah yang ia tidak bisa hadiri. Hubungan mereka pun berlanjut hingga sering pergi bersama. Tidak lama berselang, Bahar harus kembali ke Indonesia dan Marylin mengantar kepergiannya dengan sapaan “wattle-ku sayang” terakhir dari Bahar.
Si pelukah adalah judul cerpen selanjutnya. Dikisahkan seorang pemuda yang bernama Zul, ia bersekolah tetapi hampir semua nilai hasil belajarnya di rapor selalu merah sehingga jarang naik kelas. Sejak itu ia beralih menjadi pelukah yaitu pencari cacing di sawah dengan menahan lukah sehingga dijuluki si pelukah. Semenjak ayahnya meninggal beberapa tahun belakangan, ia sendirian menghidupi keluarganya dengan melukah. Bertahun-tahun seperti itu, ia kemudian ditawari untuk menikahi anak Pak Haji, tapi ia menolak dengan alasan keuangan. Ketika ada pupuk dari pemerintah yang membawa dampak buruk bagi pekerjaannya sebagai pelukah, ia pun menjadi pengangguran dan menyesali penolakannya untuk menikahi anak pak haji sebelum pupuk itu merusak profesinya.
Cerpen berikutnya berjudul Ujung Sebuah Pelarian. Cerpen ini menceritakan tentang seorang anak gadis yang bernama Yuslini yang berprofesi sebagai penari. Karena bakat menarinya, ia pun mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Jakarta. Ia pun terkenal, hingga pada suatu hari usai pentas, ia diwawancari oleh seorang reporter koran berusia 40 tahun-an yang bernama Darius. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk mengenal lebih jauh dan akhirnya jatuh kedalam perbuatan hawa nafsu yang menodai kesucian masing-masing karena keduanya memiliki perangai yang sejenis. Hingga kenyataan yang harus dihadapi adalah, Yuslini yang berusia 25 tahun adalah putri dari Darius sendiri.
Telanjang Bulat adalah judul cerpen berikutnya dalam buku kumpulan cerpen ini yang cukup fulgar. Kisah ini menceritakan tentang seorang Kepala Desa yang selalu menggelapkan dan program kesejahteraan masyarakat desa bernama Karim. Ia sering bermimpi dianiaya oleh pahlawan Desa dulu yang namanya juga sama dengan dirinya. Setelah berkonsultasi dengan asistennya, akhirnya ia mengganti namanya. Suatu ketika ada proyek dimana jika ia manjalankannya maka hasil pengelapan yang ia dapat akan ia pakai untuk menikah lagi. Tetapi sebelum itu terjadi, istrinya pergi duluan meninggalkannya setelah mengetahui tabiat suaminya selama ini. Setelah itu, ia pun bermimpi kembali yang membuat ia sesak meregang nyawa hingga meninggal.
Cerpen selanjutnya berjudul SIM. Dalam cerpen ini, dikisahkan tentang seorang Dosen yang lama bermukim di Amerika, kemudian kembali lagi ke Indonesia. Suatu hari ia mencoba mengurus SIM. Banyak yang menawarkan jasa calo untuk mempercepat pembuatan SIM. Namun, ia bersikeras untuk mengurus semuanya sesuai prosedur untuk ditulisnya sebagai Jurnal Ilmiah di kampus. Hingga setelah berminggu-minggu ia mengurusnya, SIM pun ia dapatkan. Sepulangnya dari kantor polisi, ia ditabrak oleh pemuda 15 tahun-an yang justru ia jadikan contoh dalam jurnal ilmiahnya sebagai pelaku yang menggunakan jasa calo untuk mengurus SIM nya.
Cerpen dengan judul Hadiah Natal menceritakan tentang seorang pria berkeluarga yang bernama Andi dan istrinya bernama Dyah. Kehidupan keluarga mereka cukup harmonis sampai setelah Andi mendapat gelar Doktor yang berdampak pada waktu kerjanya. Ia jadi jarang di rumah. Dyah yang kewalahan mengurus anak-anaknya yang kian hari kian nakal pun sudah tidak sanggup. Suatu hari ia mendapat suaminya dengan wanita lain di malam natal hingga membuatnya melabrak suami dan wanita itu. Tapi ternyata wanita itu adalah partner kerja suaminya yang membantu Andi membuat game terbaru untuk mangatasi kenakalan anak-anaknya sebagai hadiah natal.
Judul cerpen berikutnya adalah Kalimantang. Kisah ini bercerita tentang getirnya kehidupan seorang pria bernama Majid yang harus bekerja keras menghidupi anak istrinya di Jakarta. Suatu ketika ia merasa jenuh, menggigil ketakutan. Ia menceritakan yang ia alami pada istrinya. Dulu saat ia muda, ada seorang pria berkeluarga bernama Asa yang bekerja sebagai petani namun gantung diri karena tak sanggup lagi menahan kemelut hatinya melewati hidup yang tidak pernah berubah. Istrinya berkeras menasehati suaminya agar tidak meniru hal seperti itu. Hingga suatu ketika ia pulang kerja, ia tetap memikirkan masalalu itu. Tiba-tiba bayangan mengenai kejadian itu muncul ketika kalimantang menyiram kaca mobilnya menghalangi pandangannya. Kecelakaan itu merenggut nyawanya. Tak jauh tragis dengan Asa.
Cerpen terakhir berjudul Matematika Moderen. Kisah ini menceritakan tentang kehidupan birokrasi universitas. Bagi seorang Indra, dosen di salah satu universitas negeri, naik jabatan tiba-tiba karena atasan meninggal membuatnya cukup belajar tentang matematika kehidupan. Setelah ketua panitia proyek mereka meninggal, ia diserahi tanggung jawab sebagai ketua. Tahapan demi tahapan ia lewati hingga akhirnya tiba di masalah proposal. Ia teringat dulu guru matematika SD nya berkata bahwa segala perhitungan itu mudah. Tinggal mengalikan dan menambah. Tapi saat ia meminta tanda tangan Dekannya, ia malah disuruh agar dana honor tidak hanya dibagikan kepada panitia tapi seluruh jajaran atas universitas walaupun mereka tidak ikut andil secara langsung. Dekannya mengatakan itu dengan sinis, hingga yang ada dalam pikiran Indra adalah matematika sekolah tidak sama dengan matematika moderen.
Penggunaan Bahasa
Pemaparan dalam novel karya Ismet Fanany yang berjudul Hadiah dari Rantau menggunakan bahasa melayu .
Kelebihan
Cerpen-cerpen yang disuguhkan dalam buku ini cukup bervariasi sehingga menyegarkan pengetjahuan pembaca. Buku ini juga melukiskan tradisi ketimuran yang unik tentang manusia dan nilai-nilai persentuha antarbudaya. Beberapa cerpen memotret persoalan kemanusiaan yang terombang-ambing dalam pergeseran kebudayaan tersebut. Tidak terlalu menonjolkan majas dan perumpaan seperti cerpen kebanyakan. Pencitraan latar pun cukup jelas dan variatif.
Kelemahan
Ada beberapa istilah atau nama tempat asing yang mungkin agak sulit dipahami pembaca awam, yaitu tempat-tempat yang latarnya di luar negeri, khususnya Amerika dan Australia. Sehingga agak sulit dibayangkan langsung oleh pembaca. Selain itu, ada pula beberapa cerpen yang butuh pemahaman yang cukup tinggi untuk tidak terkecoh dan awal cerita yang langsung percakapan dengan logat melayu.
Nilai-nilai
- Manfaat
Kebiasaan suku asli Sumnatera Barat yaitu Minangkabau yang menjadi tema utama buku kumpulan cerpen ini membuat pembaca lebih mengenalnya, khususnya kebiasaan merantau. Nilai-nilai budaya suku di Indonesia yang bersentuhan dengan budaya barat memberikan citra tradisi ketimuran yang begitu dipertahankan oleh masyarakat Minangkabau, walaupun tak sedikit yang rusak oleh budaya barat. Potret kehidupan seperti ini dapat memberi begitu banyak referensi bagi pembaca dalam memandang hidup dan lebih mengenal pribadi ketimurannya.
- Kesimpulan
Menurut kami, novel ini layak dibaca oleh semua kalangan. Pada novel ini juga menggambarkan berbagai nilai kehidupan, seperti perjuangan dalam mencapai cita-cita, seorang yang berpendirian teguh, serta nilai religius yang seharusnya tidak ditinggalkan.